SUKABUMI – Debat publik perdana pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Sukabumi yang digelar pada Jumat (8/11) malam, tepatnya di Grand Cikareo Regency, berlangsung sengit. Tiga paslon yakni Achmad Fahmi-Dida Sembada, lalu Ayep Zaki-Bobby Maulana, dan Mohamad Muraz-Andri Hamami memaparkan visi misi serta program yang ditawarkan ke publik.
Berbagai program dan visi misi menjadi sorotan dalam debat publik tersebut salah satunya yaitu berkaitan dengan bencana banjir yang terjadi di Kota Sukabumi.
Calon Wali Kota Sukabumi nomor urut 1 Achmad Fahmi menyampaikan, terkait bencana banjir yang terjadi belum lama ini tidak bisa dikait-kaitkan dengan kelengahan atau kelalaian pemerintah.
“Tata ruang ini kan harus sudah sesuai dengan Perda nomor 1 tahun 2022, terkait RTRW, tidak bisa juga masalah bencana musibah dikaitkan dengan kelengahan atau kelalaian pemerintah,” ujar Fahmi dalam konferensi pers usai debat.
Menurutnya ada peran dan tanggung jawab dari pihak swasta serta masyarakat. “Jadi, mari sama-sama jangan hanya mengkritisi, mari sama-sama kita beraksi dan mari sama sama kita bangun Sukabumi kita,” ucap Fahmi.
Sementara itu, Calon Wali Kota Sukabumi nomor urut 2 Ayep Zaki menegaskan, bahwa tidak ada di dunia ini kota modern yang banjir, kecuali tata kelola infrastruktur yang paling mendasar tidak sesuai.
“Contoh di kota-kota yang baru misal di BSD itu tidak pernah banjir, karena mereka sudah mendesain dengan baik, terutama drainase yang paling utama.Nah di Kota Sukabumi ini tidak pernah diperhatikan drainase ini,” jelasnya.
Salain itu, ia menilai tidak ada gorong gorong yang besar, meskipun ada ceritanya tapi tidak berfungsi dengan baik, sehingga gorong-gorong besar ini harus bisa menampung debat air air yang paling besar hujan.
“Sekalipun hujannya dua hari dua malam seperti itu di Kota Sukabumi tidak ada tampungan gorong-gorong yang sangat besar, sehingga air ini ada di permukaan tanah,” bebernya.
“Otomatis kami akan mengatasi banjir, kita akan bersama-sama fungsikan lagi gorong gorong besar yang dulu jaman belanda dibuat. Ingat Belanda itu pada tahun 1914 membuat ini (gorong gorong, red),” tandasnya.
Senda dengan Ayep Zaki, Calon Wali Kota Sukabumi nomor urut 3 Mohamad Muraz mengaku heran di tanah kelahirannya ini bisa terjadi banjir di beberapa titik.
“Tadi saya sampaikan saya ini kan lahir di Kota Sukabumi, sampai hari ini saya melihat banjir seperti itu. Seumur hidup saya ini baru terjadi banjir seperti itu, padahal hujannya tidak sebesar seperti biasa,” tegasnya.
Menurutnya, hujan besar biasa, hujan angin biasa, tapi hujan kemarin kurang dari 3 jam tapi hampir merata banjir ini dan menjadi pertanyaan besar.
“Mungkin ini tata kelola lingkungan hidup dan tata kelola pembangunan infrastruktur yang tidak maching, dengan lingkungan hidup, dengan drainase dan sebagainya. Ini mungkin menjadi PR yang cukup berat, di Jalan A Yani tidak pernah banjir seperti itu,” paparnya.
Ia menegaskan, ini menjadi catatan bagi semua. Apalagi jika dilihat biaya cukup besar untuk membangun trotoar, kalau drainase tidak bagus terpaksa harus dibongkar dari pada menjadi banjir kembali, menjadi bencana bagi warga Kota Sukabumi.
“Saya kira kota kita ini kota yang sangat cantik kemiringannya 30 persen dan rasanya menjadi aneh kalau kota kita ada banjir,” tutupnya. (ris)