Ilmu Filsafat VS Alqur’an dan Ilmu Tasawuf

4 weeks ago 25

Ilmu filsafat dan Alqur’an sering kali dipandang sebagai dua entitas yang berbeda dalam memahami kehidupan dan realitas. Filsafat mengandalkan rasio dan pemikiran kritis, sementara Alqur’an dianggap sebagai wahyu Ilahi yang memberikan petunjuk bagi umat manusia. Namun, benarkah keduanya bertentangan? Ataukah justru dapat saling melengkapi?

Hakikat Ilmu Filsafat Filsafat berasal dari bahasa Yunani “philosophia,” yang berarti cinta kebijaksanaan. Filsafat bertujuan mencari kebenaran dengan menggunakan logika, analisis, dan argumentasi kritis. Sejak zaman Yunani kuno, filsuf seperti Socrates, Plato, dan Aristoteles telah mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan fundamental tentang eksistensi, moralitas, dan pengetahuan.

Dalam Islam, pemikiran filosofis juga berkembang dengan tokoh-tokoh seperti Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu Rusyd. Mereka menggabungkan pemikiran filsafat Yunani dengan ajaran Islam untuk memperdalam pemahaman tentang Tuhan, alam semesta, dan manusia.

Alqur’an sebagai Pedoman Hidup Alqur’an merupakan kitab suci umat Islam yang diyakini sebagai wahyu Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Di dalamnya terdapat ajaran moral, hukum, dan petunjuk kehidupan yang bersifat absolut. Alqur’an mengajarkan tentang hakikat kehidupan, hubungan antara manusia dan Tuhan, serta prinsip-prinsip etika yang harus dipegang oleh umat Islam.

Namun, Alqur’an juga mendorong umatnya untuk berpikir dan merenung. Dalam banyak ayat, Allah memerintahkan manusia untuk menggunakan akalnya, sebagaimana dalam Surah Al-Baqarah ayat 164: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang… terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berpikir.” Hal ini menunjukkan bahwa Islam tidak menolak akal, melainkan mengarahkannya agar selaras dengan wahyu.

Ilmu filsafat dan Alqur’an sebenarnya bukanlah dua entitas yang harus dipertentangkan, melainkan dapat saling melengkapi. Filsafat membantu manusia berpikir kritis dan rasional, sementara Alqur’an memberikan bimbingan moral dan spiritual. Keseimbangan antara keduanya dapat membantu manusia mencapai pemahaman yang lebih utuh tentang kehidupan dan kebenaran.

Lalu apa artinya filsafat adalah merentangkan pikiran sejauh mungkin untuk menemukan inti suatu zat atau kebenaran, Di saat Socrates mencari inti suatu kebenaran maka dia meneliti bahwa dunia ini diciptakan dari api kalau tidak ada api maka dunia tidak akan ada makanya ada yang menyembah api, kemudian ada lagi yang mengatakan dunia ini dari tanah, atau batu maka ada yang menyembah batu, kemudian ada yang mengatakan unsur terpenting adalah air udara dan sebagainya, akhirnya dia menarik kesimpulan bahwa semua unsur itu saling berkolaborasi, lalu kebenaran mana yang harus saya teliti? Maka munculkan ilmu filsafat, yang saat itu dia mengumpulkan semua jawaban masyarakat tentang dunia , akhirnya muncullah ilmu yang namanya Demos dan crotos artinya suara rakyat suara tuhan untuk mencari kebenaran yang hakiki ternyata perlu agama yang menopang kegiatan demokrasi.

dari sekian banyak penelitian oleh beberapa pendeta , bitsu, dan dan termasuk wali menganalisa bahwa kebenaran yang hakiki itu ada pada Al-Qur’an, makanya Al-Qur’an itu adalah ilmu filsafat yang sangat tinggi tingkat ilmiahnya ini sudah diakui oleh para pendeta yang sudah menyelesaikan prof di bidang perbandingan agama, setiap kalimat dan terjemahan Alquran mengandung makna yang dalam dan membutuhkan kajian khusus.

Tidak mudah memaknai kalimat wahyu Kalam Ilahi sehingga muncullah ilmu tasawuf karena kalimat-kalimat dalam Alquran memiliki filsafat ilmu yang sangat tinggi karena merupakan kalimat Allah yang di terima oleh Rasulullah yang maha agung , ilmu tasawuf ilmu pendekatan kepada Allah sehingga makna yang terkandung dalam Alquran tersampaikan dengan pendekatan melalui zikir kepada Allah SWT.

Sehingga tidak mungkin ilmu Filsafat disandingkan dengan Agama, karena pendapat diatas Ilmu Filsafat dan lebih kepada ilmu yang bersifat kritis dan rasional, sementara Alqur’an memberikan bimbingan moral dan spiritual. Muncul suatu pertanyaan apakah kita pernah meninbang atau menakar keseimbangan yang ada pada diri kita antara ilmu duniawi dan ilmu akherat, memang pada padang mashar kita akan di timbang kebaikan dan keburukan, apakah timbangan tersebut menyatakan keseimbangan antara duniawi dan akherat, tentu tidak pernah manusia merasakan keseimbangan,

Karena jika kita mengejar duniawi pasti akherat kita akan terabaikn, misalnya, disaat kita sedang sibuk bekerja disaat terdengar suara azan pasti kadang kita lengah untuk mengulur sedikit waktu untuk menyelesaikan pekerjaan yang kita lakoni, sehingga kapan kita menganggap kita ail atau seimbang antara ilmu duniawi dengan ilmu akherat?,

Jadi Ketiga aspek ini memiliki keterkaitan yang kuat:

  • Filsafat membantu manusia memahami ajaran Alqur’an secara rasional dan logis.
  • Alqur’an memberikan pedoman bagi filsafat agar tetap berada dalam kebenaran dan tidak menyimpang.
  • Tasawuf menyempurnakan pemahaman dengan pengalaman batin dan pendekatan spiritual untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Dengan demikian, filsafat, Alqur’an, dan tasawuf justru dapat saling melengkapi. Keseimbangan antara akal, wahyu, dan hati akan menghasilkan pemahaman yang lebih utuh tentang kehidupan dan ketuhanan.

Lalu muncul pertanyaan kalau memang Alqur’an adalah Terus pertanyaanya sudah tau Alquran yg paling sempurna diantara kitab-kitab lain kenapa pendeta biksu dan agama lain selain muslim gak masuk islam?

Disitulah manusia pilihan adalah hak tertinggi Allah, hidayah akan datang seiring dengan eksperient kita di dunia, hidayah tidak mudah mendapatkannya, butuh perjuangan dan ujian, maka di situlah kekuasaan Allah, belum tentu kita yang Islam dari kecil sampai sekarang di pilih Allah mendapatkan hidayah, bisa saja orang yang bejad, sangat jelek akhlaknya suatu saat dia toubat nasuha maka disitulah hidayah Allah akan muncul, karena Allah maha pengasih lagi maha penyayang, artinya dikasih Allah hidup di dunia belum tentu di sayang, namun jika kita di sayang oleh Allah tanpa memintapun maka Allah akan kasih. Ramadhan adalah sarana untuk mendapatkan kasih sayang Allah , saatnya kita pedekate untuk menjadi kekasih Allah.

Amiiin.

Read Entire Article
Anggam Lokal| Radarsukabumi| | |