Gak Punya Perpus? Gak Masalah, Pelajar SDN Nanggeleng 1 Sukabumi Ini Bisa Bikin Buku

1 day ago 27

SUKABUMI – Siapa bilang keterbatasan menjadi penghalang untuk berkarya? SDN Nanggeleng 1 di Kecamatan Citamiang, Kota Sukabumi, membuktikan bahwa dengan semangat, kolaborasi, dan strategi yang tepat, sekolah yang bahkan tidak memiliki perpustakaan pun bisa melahirkan penulis-penulis cilik berbakat.

Hal itu tergambar dalam Festival Literasi SDN Nanggeleng 1 yang digelar pada Sabtu (31/5/2025). Acara ini bukan sekadar selebrasi, tetapi merupakan puncak dari perjalanan panjang dalam membangkitkan budaya literasi di lingkungan sekolah. Festival ini juga turut dihadiri oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Kadisdikbud) Kota Sukabumi Punjul Saepul Hayat, serta Ketua PGRI Kota Sukabumi Roni Abdulrahman.

Kepala SDN Nanggeleng 1, Idris mengungkapkan bahwa lahirnya Festival Literasi ini dilatarbelakangi oleh hasil raport pendidikan tahun lalu yang kurang menggembirakan.

“Kami mendapat kategori kuning, artinya capaian literasi dan numerasi anak-anak masih rendah. Dari sanalah kami sadar bahwa perlu ada intervensi nyata dari pihak sekolah,” ungkapnya.

Menjawab tantangan tersebut, pihak sekolah meluncurkan program unggulan bertajuk “Sabtu Asyik”. Setiap Sabtu, kegiatan pembelajaran digantikan dengan aktivitas literasi tematik. Anak-anak bebas berkarya melalui membaca, menulis puisi, menggambar, menari, hingga memainkan kaulinan barudak Sunda.

“Sabtu Asyik ini pendekatannya organik. Literasi kami hadirkan dalam bentuk yang menyenangkan, tidak memaksa. Anak-anak senang, guru pun semangat,” tutur Idris.

Dalam upaya penguatan literasi, SDN Nanggeleng 1 menggandeng komunitas literasi HUB Kota Sukabumi. Melalui program pelatihan kepada guru dan siswa, mereka diajarkan teknik literasi yang kreatif dan efektif.

Puncaknya, siswa kelas 4, 5, dan 6 dilibatkan dalam proyek penulisan buku. Kelas 4 menulis puisi, kelas 5 menulis dongeng, dan kelas 6 menulis cerpen. Semua proses—dari menulis, mengetik di Chromebook, mendesain dengan Canva, hingga editing akhir—melibatkan siswa secara aktif.

“Anak-anak mengetik sendiri karya mereka, menggambar ilustrasi sendiri, lalu guru membantu proses editing. Akhirnya, kami cetak menjadi tiga buku antologi yang hari ini kami launching di Festival Literasi ini,” ujar Idris bangga.

Hebatnya, seluruh proses dari pelatihan hingga pencetakan buku dan penyelenggaraan festival dilakukan tanpa memungut biaya dari orang tua. Semua pembiayaan berasal dari Dana BOS yang sudah dialokasikan sejak awal tahun serta dukungan dari dunia usaha dalam bentuk donasi non-tunai.

“Kami tidak minta sepeser pun dari orang tua. Bahkan kostum dan dekorasi pun kami manfaatkan dari yang ada di sekolah. Prinsipnya pokonamah sabisa-bisa kudu bisa, sok sanajan…,” ucap Idris, mengutip slogan inspiratif dari Sekda Provinsi Jawa Barat.

Meski belum memiliki perpustakaan fisik, SDN Nanggeleng 1 membuktikan bahwa literasi sejatinya bukan soal ruang, melainkan soal niat, kreativitas, dan keberanian untuk bergerak.

“Selama ini sekolah kami belum punya perpustakaan. Tapi saya tidak mau menjadikan itu alasan. Kami ingin setiap tahun anak-anak kami bisa menerbitkan karya. Ini bukan akhir, ini awal dari gerakan literasi berkelanjutan,” ucapnya.

Kadisdikbud Kota Sukabumi, Punjul Saepul Hayat yang juga hair sekaligus membuka acara tersebut memberikan apresiasi setinggi-tingginya terhadap inisiatif ini.

“Saya sangat mendukung dan berterima kasih kepada SDN Nanggeleng 1. Di tengah rendahnya literasi nasional, inisiatif seperti ini menjadi tonggak penting. Apalagi dibiayai dari BOS, sesuai dengan aturan, tanpa membebani orang tua. Ini adalah contoh praktik baik yang harus ditiru sekolah-sekolah lain,” tegasnya.(wdy)

Read Entire Article
Anggam Lokal| Radarsukabumi| | |