KH. E FATAHILAH NADIRI
Ketua MUI Kabupaten Sukabumi
Assalamualaikum
Alhamdulillahirabilalamin wabihi nasta’inu alaa umurindunya waddin, wasshalatuwassalmu ‘alaa ahsrafil anbiyai mlursalin sayidina wamaulana muhammadin wa’ala ‘alihi wasahbihi wattabi’inna ajmain, ammaba’du.
Puji dan syukur marilah kita sama-sama sampaikan kepada Allah SWT. Salawat beserta salam semoga terlimpah curah kepada baginda kanjeng rasulullah SAW. Usikum wanafsi bitaquallah faqad faazal mutaqun, ayyuha soimun.
Tidak terasa kita sudah ada di hari ke 13 bulan ramadan yang mulia, dan pada kesempatan ini alfaqir perlu menyampaikan salah satu keterangan yang dibuat oleh kitab ikhya ulumuddin karangan hujjatul islam Abu Hammid bin Muhammad al ghazali, beliau menyampaikan bahwa puasa itu ada 3 tahapan atau 3 derajat.
Yang pertama, adalah saumul umum yang dimaksud dengan saumul umum. Abu Hamid menerangkan “fahua kaful bathoni wal farazi an qodo’i syahwat”
Yakni menahan laparnya perut dan hausnya ataupun dahaga dari apa-apa yang membatalkan puasa dan juga menahan kemaluan kita dari melaksanakan syahwat, dan Alhamdulillah saum ini kita sudah bisa dan mampu melaksanakannya dan menahan haus dan lapar juga menahan keinginan syahwat kita.
Yang kedua adalah saumul khusus atau puasa khusus. Dan kita harus mampu dan memaksakan diri agar puasa kita tepat sampai kepada derajat yang ke dua. Yang dimaksud dengan “saumul khusus” yaitu orang berpuasa yang bukan hanya menahan haus dan dahaga, tetapi “kaffussam’i wal bashori wallisan” menahan pendengaran, menahan penglihatan, lisan, dan seluruh anggota badan kita dari berbuat dosa.
Keterangan ini didasari dengan sabda rasulullah SAW “khomsun yufthirna assoima” lima perkara yang membatalkan pahala puasa. Puasanya sah namun pahalanya belum tentu dicapai dan didapatkan kalau melaksanakan salah satu yang lima ini.
Yang pertama, lisan digunakan untuk berdusta. Dua untuk gibah atau mengguncing orang. Tiga, untuk Namimah mengadudomba orang, Empat “Al yamimul ghomus” sumpah palsu dan terakhir “annadzoru bisyahwatin” memandang dan melihat orang yang bukan mahrom dengan syahwat. Maka, saumul khusus ini seseorang harus mampu dan bisa memaksa diri untuk menahan semua anggota dzohirnya dari berbuat dosa terutama yang disampaikan oleh rosul tadi.
Yang ketiga, “Saum khususil khusus” yang dijalankan oleh orang-orang solihin, orang-orang yang dekat kepada Allah yang mampu melaksanakan puasa ini yaitu, “Saumul qalbi” bukan perut menahan haus dan lapar, bukan pendengaran dan penglihatan dijaga dari maksiat tapi menahan hati dari pemikiran-pemikiran yang hina dan pemikiran-pemikiran yang berurusan duniawi atau tidak ada hubungan dengan akhirat.
Bahkan saum khususil khusus ini mampu menjauhkan hatinya yang melupakan kepada Allah SWT, dalam artian puasa khususil khusus hatinya selalu konek dan nyambung ingatannya kepada Allah SWT.
Mudah-mudahan di hari ke-13 ini kita bisa dan mampu melaksanakan tahapan-tahapan ataupun tingkatan-tingkatan puasa sehingga hati kita langsung selalu ingat kepada Allah SWT. Aamiin Aamiin Aamiin yaa Robbal’aalamin.
Mungkin itu yang Alfakir bisa sampaikan semoga puasa kita diterima oleh Allah SWT dan dijadikan hamba-hamba Allah SWT yang selalu mendapatkan anugrah, rahmat magfirah dan keselamatan dari api nerakanya Allah. Aamiin Aamiin Aamiin Yarabal alamin.
Allahumma Innaka afuwwun Karim Tuhibul ‘Afwa Fa’fu’anaa Yaa Karim.
Wassalamualaikum Wr.Wb