SUKABUMI – Anggota DPRD Kota Sukabumi Taufik Muhammad Guntur menyoroti urgensi jalur relasi kereta api Sukabumi-Bandung. Diketahui, relasi Sukabumi ke Bandung menggunakan Kereta Api Siliwangi dari Sukabumi ke Cipatat via Cianjur.
Taufik mengatakan, transportasi merupakan sumbu kehidupan dalam sebuah kota yang dapat membuka peluang ekonomi dan memberikan koneksi vital bagi masyarakat. Dan kereta api sebagai salah satu moda transportasi alternatif masih memegang peran penting yang menawarkan efisiensi dan ramah lingkungan.
“Hal ini pun terjadi di Kota Sukabumi, di mana keberadaan transportasi kereta api memberikan dampak luar biasa bagi masyarakat kota Sukabumi, tidak hanya dari segi mobilitas tetapi juga bagi pertumbuhan ekonomi kota,” kata Taufik kepada Radar Sukabumi, Sabtu (31/1).
Menurut Taufik, kereta api telah menjadi tulang punggung transportasi umum di Kota Sukabumi yang memberikan aksesibilitas yang lebih luas bagi penduduk lokal maupun wisatawan yang datang berkunjung. Dengan jaringan rel yang terhubung baik, masyarakat dapat dengan mudah bepergian ke berbagai destinasi di dalam maupun luar kota, menciptakan kemudahan dalam beraktifitas sehari-hari.
“Fasilitas seperti stasiun kereta yang terletak strategis di pusat kota juga memudahkan akses bagi masyarakat,” ujar Wakil Ketua Komisi 1 DPRD Kota Sukabumi.
Dalam konteks ekonomi, lanjut Taufik, kereta api memiliki peran signifikan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi kota. Dengan adanya jalur kereta api, aktivitas perdagangan semakin lancar sehingga membuka peluang bisnis baru bagi warga setempat.
“Transportasi kereta api juga menjadi penggerak pariwisata, menghubungkan Sukabumi dengan destinasi wisata populer di sekitarnya. Hal ini memberikan kesempatan bagi pelaku usaha lokal untuk mengembangkan usaha mereka, seperti warung makan, homestay, dan usaha kreatif lainnya yang meramaikan ekonomi lokal,” papar legislator dari Partai Nasdem.
Selain manfaat ekonomi, penggunaan kereta api juga memiliki dampak positif terhadap lingkungan. Dibandingkan dengan transportasi pribadi yang banyak menghasilkan polusi udara dan lalu lintas yang padat, kereta api merupakan solusi transportasi yang ramah lingkungan. Dengan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, kereta api membantu mengurangi jejak karbon dan polusi udara, serta membantu dalam upaya pelestarian lingkungan kota Sukabumi.
“Saat ini, waktu tempuh jalur kereta api dari Kota Sukabumi ke Bandung mencapai tiga sampai dengan empat jam. Itupun jika tidak terkendala jalan yang rawan kecelakaan,” cetus Taufik.
Taufik pun membeberkan empat kendala pembangunan Jalur Kereta Api Cipatat – Padalarang. Yaitu, pembebasan lahan yang kompleks dan memakan waktu. Kesulitan dalam perizinan dan regulasi untuk proyek infrastruktur. Persoalan pembiayaan yang memadai. Potensi dampak lingkungan dan sosial yang perlu dipertimbangkan.
“Beberapa waktu lalu, kami dari Komisi 1 berkesempatan silaturahmi ke Kantor DAOP 1 PT KAI di Jakarta. Waktu itu saya sampaikan urgensinya Jalur Cipatat – Padalarang agar segera direaktivasi. Karena ini berkaitan juga dengan Jalur Sukabumi-Bandung. Tapi penjelasan pihak DAOP 1 PT KAI perihal penyiapan jalur kewenangannya ada pada Dinas Perhubungan Provinsi Jabar,” ungkap Taufik.
Untuk itu, kata Taufik lagi, Komisi I DPRD menindaklanjutinya dengan mengunjungi Dishub Jabar. Dalam audiensi tersebut, Taufik menyampaikan bahwa dengan segala manfaatnya, cukup jelas bahwa transportasi kereta api memiliki peran yang vital bagi masyarakat Kota Sukabumi. Dari sisi mobilitas, ekonomi, hingga lingkungan hidup, kereta api mampu memberikan kontribusi positif yang besar bagi perkembangan Kota Sukabumi.
“Maka penting bagi pemerintah dan stakeholders terkait untuk terus mendukung pengembangan infrastruktur kereta api guna memastikan kelancaran transportasi dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan bagi masyarakat Kota Sukabumi,” tutur Taufik.
Sekadar menambahkan literasi singkat mengenai Jalur Sukabumi-Bandung yang juga dikenal dengan sebutan Jalur Cianjur. Jalur ini dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda pada awal abad ke-20 sebagai bagian dari proyek perluasan jalur kereta api di Jawa Barat.
Konstruksi jalur ini dimulai pada tahun 1909 dan selesai pada tahun 1928. Jalur ini memiliki jalur sepanjang sekitar 63 kilometer dan merupakan bagian penting dalam konektivitas transportasi antara Sukabumi dan Bandung
Masyarakat lokal dahulu banyak yang menjuluki kereta api ini dengan nama “Argo Peuyeum”, sebab banyak digunakan penumpangnya untuk mengangkut peuyeum alias tape dari daerah Cipeuyeum, Ciranjang, dan Cipatat ke Bandung. Kereta bisnis ini berangkat dari Stasiun Cianjur setiap hari menuju Stasiun Padalarang dengan rute empat kali sehari dengan waktu tempuh sekitar 1,5 jam.
Jalur kereta api Cipatat-Padalarang dikenal ekstrem karena memiliki kemiringan curam dengan gradien hampir menyentuh 40 derajat dan tikungan tajam. Bahkan sejak era kolonial Belanda, jalur ini disebut rawan longsor dan pergerakan tanah. Sehingga banyak kalangan menyarankan untuk mengalihkan trase Cipatat-Padalarang.
Alih trase ini bergulir hingga kini, terbaru Kementerian Perhubungan berencana mengalihkan jalur trase kreta api antara Stasiun Cipatat dan Padalarang untuk mengatasi hambatan laju kereta api lantaran trek tersebut sangat curam. (izo)