Pemerintah Inggris dan UNFPA Dukung Pemerintah Indonesia Penghapusan Praktik Pemotongan Genitalia Perempuan 

1 month ago 39

JAKARTA – Untuk memperingati Hari Internasional Tanpa Toleransi terhadap Pemotongan/Pelukaan Genitalia Perempuan (P2GP), Kedutaan Besar Inggris di Jakarta dan UNFPA baru-baru ini mengadakan forum yang dihadiri oleh para pemangku kepentingan nasional di Jakarta. 

Acara ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, memperkuat kolaborasi, dan mempercepat kemajuan dan upaya menuju penghapusan praktik P2GP di Indonesia serta untuk mengatasi norma-norma sosial dan budaya yang melanggengkan P2GP, menyebarkan informasi berbasis bukti mengenai dampak buruknya, mempromosikan praktik terbaik untuk pencegahan dan respons, dan menggaungkan suara para penyintas dengan menyediakan platform bagi mereka untuk berbagi cerita dan membuat perubahan.

Forum ini menghadirkan para pejabat tinggi pemerintah Indonesia dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPPA), Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Kementerian Agama (Kemenag), Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan), serta Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU), lembaga swadaya masyarakat (LSM), orang muda, serta penyintas.

Di Indonesia, 46,3% perempuan berusia 15-49 tahun pernah menjalani P2GP, berdasarkan Survei Pengalaman Hidup Perempuan Nasional (SPHPN 2024). Menurut laporan global UNICEF tahun 2024, lebih dari 230 juta anak perempuan dan perempuan di dunia yang hidup saat ini telah mengalami P2GP, dan lebih dari 68 juta anak perempuan berisiko mengalami P2GP dari tahun 2020 hingga 2030, dengan rata-rata lebih dari 4 juta anak perempuan per tahun. 

Sebuah studi pada tahun 2024 yang dilakukan oleh Universitas Birmingham mengungkap P2GP sebagai penyebab utama kematian di 15 negara Afrika yang menjadi subjek penelitian, dan diperkirakan menyebabkan lebih dari 44.000 kematian setiap tahunnya. Dampak biaya P2GP juga besar, dengan perkiraan US$ 1,4 miliar per tahun yang dihabiskan untuk pengobatan akibat komplikasi kesehatan akibat P2GP.

UNFPA memperkirakan bahwa 68 juta anak perempuan mengalami P2GP antara tahun 2015 hingga 2030. Tantangan utamanya bukan hanya melindungi anak perempuan yang saat ini berisiko mengalami P2GP, namun juga memastikan bahwa mereka yang lahir di masa depan akan bebas dari praktik berbahaya tersebut. 

Pada tahun 2025, UNFPA memperkirakan lebih dari 4,4 juta anak perempuan berisiko mengalami mutilasi alat kelamin perempuan, di mana angka tersebut meningkat dari yang sebelumnya berjumlah 4,1 juta anak perempuan pada tahun 2019.

Direktur Pembangunan Internasional Inggris untuk Indonesia Amanda McLoughlin mengatakan: “P2GP adalah salah satu manifestasi paling ekstrim dari ketidaksetaraan gender dan kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan yang dapat mengakibatkan penderitaan fisik dan psikologis seumur hidup. Praktik berbahaya ini tidak dapat diterima dan tidak boleh dilanjutkan.

Sebagai komunitas global, kita sudah mengalami kemajuan; saat ini peluang seorang anak perempuan mengalami P2GP sepertiga lebih kecil dibandingkan 30 tahun yang lalu. Namun, kita telah mencapai titik kritis: meskipun terjadi penurunan angka, pertumbuhan populasi dunia menyebabkan perlunya peningkatan dalam kemajuan sebanyak 27 kali lebih cepat untuk memenuhi target global dalam P2GP pada tahun 2030.

Halaman: 1 2 3

Read Entire Article
Anggam Lokal| Radarsukabumi| | |