SUKABUMI – Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) terus menunjukkan perannya sebagai perlindungan kesehatan yang dapat diandalkan oleh masyarakat dari berbagai latar belakang sosial. Di tengah pesatnya perubahan layanan kesehatan, program ini telah menjadi sandaran utama bagi warga dalam mengakses pelayanan medis tanpa terbebani biaya. Kisah peserta JKN di berbagai daerah pun menjadi bukti nyata bagaimana program ini memberi manfaat langsung bagi kehidupan masyarakat.
Salah satunya datang dari Aisah (49), warga Desa Sukamanis, Kabupaten Sukabumi yang telah lebih dari sepuluh tahun menjadi peserta BPJS Kesehatan dan saat ini terdaftar sebagai Penerima Bantuan Iuran (PBI). Ketika ditemui, ia tengah membantu tetangganya mendaftarkan cucunya sebagai peserta BPJS Kesehatan, setelah ibunya meninggal dunia pasca melahirkan. Kebiasaannya membantu warga sekitar memperlihatkan bahwa ia sangat memahami pentingnya program JKN dalam kehidupan sehari-hari.
Ia kemudian membagikan kisahnya ketika pernah mengalami kondisi kesehatan yang mengharuskannya menjalani rawat inap. Pengalaman tersebut menjadi salah satu momen yang semakin menguatkan kepercayaannya terhadap program JKN. Ia menilai bahwa layanan yang diterima sangat membantu dan membuat peserta merasa lebih tenang saat menghadapi masalah kesehatan.
“Saat saya dirawat inap selama empat hari karena kelelahan dan Kadar hemoglobin (HB) meningkat, pelayanan yang saya terima sangat baik. Tidak ada perbedaan sama sekali antara pasien umum dan peserta BPJS Kesehatan. Saya merasa terbantu karena seluruh biaya ditanggung penuh sehingga saya tidak memikirkan biaya besar saat itu.” Kata Aisah.
Aisah juga mengingat kisah tetangganya yang harus menjalani proses persalinan dengan tindakan caesar. Pengalaman tersebut membuatnya semakin memahami bagaimana mekanisme pelayanan di fasilitas kesehatan berjalan ketika peserta membutuhkan penanganan segera. Ia melihat bahwa pelayanan kesehatan diberikan sesuai prosedur dan kondisi pasien ditangani secara profesional.
“Saya mendampingi tetangga ketika anaknya harus melahirkan melalui operasi caesar atas rekomendasi dokter. Selama dirawat empat hari, pelayanan yang diberikan petugas sangat ramah dan baik. Semua biaya operasi dan perawatan ditanggung sepenuhnya oleh BPJS Kesehatan sehingga keluarga tidak merasa terbebani,” ucapnya.
Ia turut menjelaskan bahwa proses rujukan dari puskesmas ke rumah sakit berlangsung lancar saat almarhumah membutuhkan tindakan lebih lanjut. Seluruh prosedur administrasi dijalankan sesuai standar tanpa hambatan berarti. Hal tersebut membuat keluarga merasa lebih tenang karena prosesnya jelas dan mudah dipahami.
“Dokter di puskesmas memberikan rujukan karena kondisi kandungan membutuhkan tindakan di rumah sakit. Rujukan tersebut segera diterima dan proses pemeriksaan awal dilakukan dengan teliti sebelum tindakan persalinan. Semua berjalan baik dan membantu keluarga memahami tahapan penanganan,” ingatnya.
Dalam ceritanya, Aisah mengingat situasi pasca operasi yang dijalani almarhumah dan bagaimana kondisi kesehatannya dipantau. Keluarga mengikuti instruksi tenaga kesehatan selama masa pemulihan. Meski akhirnya almarhumah meninggal dunia beberapa hari setelah kontrol, keluarga tetap menerima hasil tersebut sebagai ketetapan Tuhan.
“Setelah tiga hari pemulihan, almarhumah diminta untuk rawat jalan dan sempat melakukan kontrol ke rumah sakit. Beberapa hari kemudian kondisinya menurun drastis dan akhirnya meninggal dunia di rumah. Kami semua menerimanya sebagai takdir,” kenangnya.
Beranjak dari pengalaman itu, Aisah kemudian bercerita mengenai kemudahan layanan non tatap muka yang ia gunakan sebagai peserta JKN. Ia menegaskan bahwa layanan digital sangat membantu peserta, terutama dalam menghemat waktu dan tenaga. Baginya, layanan ini memudahkan masyarakat yang sebelumnya harus mengantre panjang di fasilitas kesehatan.
“Saya sering menggunakan Antrian Online di Aplikasi Mobile JKN karena sangat mempermudah proses saat hendak berobat. Dulu saya harus datang sebelum subuh agar mendapat nomor awal, tetapi sekarang cukup mengambil nomor dari rumah lewat aplikasi. Saya tinggal menyesuaikan waktu datang dengan estimasi panggilan,” katanya.
Selain Antrian Online, ia juga pernah menggunakan layanan pindah fasilitas kesehatan tingkat pertama melalui aplikasi Mobile JKN. Menurutnya, prosesnya cepat dan tidak memerlukan kedatangan langsung ke kantor cabang. Hal itu menunjukkan bahwa layanan digital benar-benar dirancang untuk meningkatkan efisiensi peserta.
“Saya pernah menggunakan fitur pindah faskes karena merasa lebih cocok dengan dokter di faskes yang baru. Prosesnya sangat mudah dan cukup dilakukan melalui aplikasi tanpa hambatan. Ini sangat membantu karena menghemat waktu dan menghindarkan saya dari antrean di kantor cabang,” kesan Aisah.
Ia juga menyampaikan bahwa berbagai fitur digital lain dalam aplikasi Mobile JKN sangat berguna untuk peserta. Menurutnya, kemudahan akses informasi membuat masyarakat lebih memahami hak dan kewajiban sebagai peserta. Ia berharap layanan digital terus dikembangkan agar semakin banyak peserta merasakan manfaatnya.
“Aplikasi Mobile JKN memudahkan saya untuk mengecek riwayat pelayanan, memeriksa status kepesertaan, hingga melihat informasi penting lainnya. Semua fitur ini membantu peserta tanpa perlu datang langsung ke kantor BPJS Kesehatan. Saya berharap kedepannya fitur digital semakin lengkap dan semakin mudah digunakan,” sarannya.
Di akhir cerita, Aisah menyampaikan harapannya agar BPJS Kesehatan terus mendekatkan layanan ke masyarakat. Ia melihat masih banyak warga yang belum memiliki smartphone atau tinggal di daerah yang jauh dari kantor cabang. Menurutnya, kehadiran BPJS Keliling sangat dibutuhkan oleh masyarakat desa.
“Saya berharap BPJS Kesehatan lebih sering mengadakan BPJS Keliling ke desa-desa. Banyak warga yang kesulitan mengakses layanan digital atau tidak memiliki sarana untuk datang ke kantor cabang. Dengan adanya layanan keliling, masyarakat bisa lebih teredukasi dan lebih mudah mengurus keperluan JKN,” tutupnya. (*/adv)

15 hours ago
5











































