Posko Hub Unand: Kesehatan Korban Bencana Rentan

4 hours ago 7

Langgam.id – Posko Hub Universitas Andalas (Unand) mengingatkan pemerintah untuk lebih meningkatkan perhatian pada korban bencana terutama kondisi kesehatan yang rentan. Dari pemeriksaan kesehatan terhadap lebih seribu pasien, Posko ini mencatat, sejumlah penyakit dan gangguan kesehatan paling banyak ditemukan pada korban bencana.

Ketua Program Tanggap Bencana Unand Dr. dr. Muhammad Riendra, SpBTKV mengatakan, Posko Hub dibentuk menyikapi bencana hidrometeorologi yang terjadi di Sumatera Barat. Menurutnya, Universitas Andalas menurunkan tim multi disiplin melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)

Tim ini juga melibatkan tim kesehatan untuk membantu masyarakat selama masa tanggap darurat. “Kondisi masyarakat saat ini menunjukkan adanya kerentanan kesehatan yang serius, terutama pada kelompok rentan seperti lanjut usia, ibu hamil dan anak-anak. Tim menemukan kasus seorang ibu hamil berusia 5 bulan yang mengalami luka robek terinfeksi (vulnus laceratum), yang juga harus menanggung beban psikologis berat karena kehilangan dua anaknya yang belum ditemukan pasca-peristiwa galado,” kata Muhammad Riendra, yang juga Direktur Rumah Sakit Unand itu, Rabu (31/12/2025).

Di sisi lain, pelayanan medis bagi anak-anak juga mengalami hambatan karena keterbatasan bahan habis pakai khusus anak yang dibawa tim mobile ke berebagai titik pelayanan. Padahal terkadang ada anak yang kondisinya membutuhkan pemasangan infus segera.”

Menurutnya, masalah ini diperparah dengan keterbatasan fasilitas dan logistik medis di lapangan. Upaya pencegahan dan pengendalian infeksi dinilai masih sangat kurang, terutama akibat proses sterilisasi peralatan medis (minorset) yang tidak memenuhi standar. Selain itu, stok obat-obatan standar mulai menipis, dan terdapat kebutuhan mendesak untuk menambah variasi obat, seperti obat mata, obat kulit, serta sirup untuk pasien anak.

“Hambatan terbesar dalam memberikan bantuan adalah faktor alam dan akses geografis yang ekstrem. Rencana pelayanan kesehatan ke daerah tertentu, seperti Salimpaung, terpaksa ditunda karena akses jalan yang sulit dan berisiko tinggi (high risk). Curah hujan yang tinggi juga menjadi kendala ganda; di satu sisi, tim medis kesulitan melakukan kunjungan ke rumah warga (home visit), dan di sisi lain, masyarakat sendiri tidak mampu menjangkau posko pelayanan kesehatan yang tersedia,” kata Riendra.

Untuk itu Program Tanggap Bencana yang didukung oleh Kementrian Diktisaintek menurunkan tenaga bantuan sekaligus dengan peralatan dan bahan yang diperlukan dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia yang dikelompokkan atas perguruan tinggi utama yang berada didaerah bencana, dan perguruan tinggi pendukung yang berada diluar daerah bencana. Dengan program ini, maka tim dari berbagai perguruan tinggi turun ke lokasi bencana di Sumatera Barat. Unand, UNP, UIN, UPI, Unbrah, PNP, yang berada di Sumatera Barat, yang diperkuat tim UI, Unair, UB, UM, Unpad, Undip, IPB, UGM, Unja, Unri, dan sebagainya.

Unand menurunkan 9 tim yang bertugas masing-masing selama 3 hari dengan total 16 hari selama masa tanggap darurat. Setiap tim terdiri dari 8 – 13 orang multi profesi, dipimpin dosen/dokter spesialis (ketua tim) dan anggotanya dokter umum, dokter spesialis, apoteker, ahli kesehatan masyarakat, perawat, teknik, dokter PPDS dari bbrp disiplin terutama penyakit dalam, bedah, obgyn, anak, paru, kulit, jantung, dll.

Riendra mengatakan, pelayanan dalam masa tanggap darurat, Tim Unand menangani 1055 pasien. Dari jumlah tersebut, penyakit diagnosa terbanyak adalah ISPA, hipertensi, diabetes, asam urat, cephalgia, atralgia, myalgia, LBP, dyspepsia, penyakit kulit, demam
dan diare.

Ketua LPPM Unand Prof. Marzuki mengatakan bahwa secara operasional, Unand dalam membantu penanganan tanggap darurat terkonsentrasi pada dua daerah terberat akibat bencana hidrometeorologi ini yakni Kabupaten Agam dan Kota Padang. “Untuk tanggap Darurat Unand di Kota Padang, dibuka Posko Utama di Masjid Nurul Ilmi Kampus Unand Limau Manis. Posko ini sejak awal bencana sudah melayani pengungsi, baik mahasiswa Unand sendiri, maupun warga Batu Busuk dan Limau Manis yang terdampak.”

Unand membuka masjid Nurul Ilmi yang berada dalam kampus Unand sebagai tempat pengungsian dan memenuhi kebutuhan harian pengungsi atas dukungan Unand Peduli yang dipercaya oleh para donatur.

Sementara, untuk Kabupaten Agam, Unand mengambil kebijakan membentuk Posko Hub di Lubuk Basung untuk koordinasi penempatan tim Unand agar lebih fleksibel sesuai kebutuhan harian. “Ketua Tim lebih fleksibel untuk bisa mengirim ke Koto Alam, Ke Palembayan, Ke Maninjau, ke Matur atau bahkan ke Malalak,” ujar Riendra.

Kegiatan Tim Unand, menurutnya, berpindah sesuai kebutuhan di 16 titik. “Kami melakukan pelayanan di Puskesmas, sekolah, kantor wali nagari, pasar, tenda pengungsi dan lainnya. Disamping lebih fleksibel, komunikasi dengan Posko Utama akan lebih lancar karena tiap waktu juga terbuka komunikasi dengan Perguruan Tinggi lain baik di Sumbar sendiri maupun dari Luar Sumbar.”

Menurut Riendra, selama tanggap darurat, Posko Hub aktif 24 jam. “Setelah tanggap darurat, kita mengirimkan tim ke lapangan tiap minggu untuk pelayanan masyarakat,” katanya.

Melalui Posko Hub Unand telah dikoordinir pelayanan kesehatan, trauma healing dan bantuan logistik tersebar di 16 titik di Kabupaten Agam (16 tim yang turun dari berbagai PT), seperti tim Unair, Univ Brawijaya, Univ Malang, IPB, UNP, Unbrah, Unja, Unpad, Undip, dan lain-lain. Posko Hub sempat dikunjungi oleh Dirjen Diktisaintek Prof. DR. Khairul Munadi bersama Rektor Unand Efa Yonedi, PhD dan Rektor UNP Krismadinata, PhD.

“Inovasi tim Unand adalah sistem stelsel, dimana pengaturan penempatan tim diberbagai posko layanan memalui Posko Hub Tanggap Bencana Unand. Sehingga diharapkan tim yang diturunkan akan dapat memenuhi kebutuhan layanan harian korban terdampak. Melalui Posko Hub, kita bisa memantau kebutuhan dan ketersediaan tim yang turun setiap hari, memantau layanan dan capaian layanan setiap hari.”

Kemudian bersama tim Unair dan Univ Brawijaya, tim Unand membangun suatu aplikasi digital sistem pelaporan HEOC (Health Emergency Operation Center) yang selama ini dilakukan manual oleh Dinkes Kab Agam, dilakukan digitalisasi sehingga lebih mudah untuk input data yang bisa langsung dari lapangan dan bisa dimonitor secara real time dengan mengakses web.

Di akhir kegiatan, aplikasi diserahkan Tim Unand (diwakili Ketua LPPM Prof Marzuki dan Ketua Program Muhammad Riendra) kepada Pemda Agam yang diwakili Sekda Kab dan Kadinkes Kabupaten Agam. (*/SS)

Read Entire Article
Anggam Lokal| Radarsukabumi| | |