Langgam.id – Universitas Negeri Padang (UNP) resmi menjalin kerja sama strategis dengan Tianjin Foreign Studies University (TFSU), Tiongkok, dan Chinese International Education Foundation (CIEF) untuk mendirikan Pusat Pembelajaran Bahasa dan Budaya China di lingkungan UNP. Penandatanganan perjanjian kerja sama tersebut dilaksanakan pada Kamis, 29 Mei 2025, di Tianjin, Tiongkok.
Dalam kesempatan yang sama, juga dilaksanakan peresmian pemberian merek “Institut Konfusius” (Confucius Institute) kepada pusat pembelajaran tersebut, yang seluruh pendanaannya didukung penuh oleh Kementerian Pendidikan Tiongkok.
Acara ini dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, antara lain Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Beijing, Yudi Chatim, serta delegasi UNP yang dipimpin langsung oleh Rektor UNP Krismadinata, Ph.D. Turut mendampingi, Senior Eksekutif Prof. Ganefri, Ph.D, dan Direktur Direktorat Kerja Sama dan Hubungan Internasional Prof. Rusnardi Rahmat Putra, M.Eng, Ph.D.
Dari pihak tuan rumah, hadir Rektor TFSU Prof. Li Yingying, Wakil Ketua dan Sekretaris Jenderal Yayasan Pendidikan Bahasa Mandarin Internasional Zhao Lingshan, Ketua Komunis TFSU Zhou Honglei, dan Wakil Rektor TFSU Zhu Pengxiao.
Dalam sambutannya, Rektor UNP Krismadinata, Ph.D menekankan bahwa pendirian Institut Konfusius ini merupakan langkah strategis dalam mewujudkan visi UNP menjadi universitas berkelas dunia.
“Institut Konfusius ini akan menjadi pusat pembelajaran yang dinamis, bukan hanya dalam pengajaran Bahasa Mandarin, tetapi juga sebagai sarana memperkenalkan budaya, sejarah, dan filsafat Tiongkok,” ujarnya, dikutip dari laman kampus, Minggu (1/6/2025).
Krismadinata juga menyebutkan rencana pengembangan lebih lanjut, seperti pembukaan program studi Bahasa Mandarin, program pertukaran mahasiswa dan dosen, penelitian bersama, hingga kelas Bahasa Mandarin untuk masyarakat umum di Sumatera Barat.
Ia mengapresiasi dukungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, dan berharap kerja sama semacam ini bisa dikembangkan di berbagai bidang lainnya.
Sementara itu, Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Beijing Yudi Chatim dalam sambutannya membagikan kisah pribadinya yang menyentuh. Ia mengaku pernah memiliki pandangan negatif terhadap Tiongkok sebelum akhirnya menginjakkan kaki di Wuhan pada 2006.
“Empat bulan belajar di Wuhan mengubah pandangan saya 180 derajat. Saya menyadari bahwa pemahaman saya sebelumnya sangat sepihak,” ujar Yudi.
Ia menekankan pentingnya mengalami langsung budaya suatu negara untuk mendapatkan pemahaman yang utuh, seraya mengutip pepatah Tiongkok, bǎi wén bù rú yī jiàn – “mendengar seratus kali tidak seakurat melihat sekali.”
Yudi juga menggarisbawahi komitmennya dalam memperkuat kerja sama pendidikan antara Indonesia dan Tiongkok. Menurutnya, Tiongkok saat ini telah menjadi salah satu tujuan pendidikan terbaik di dunia, dengan banyak peluang beasiswa dan pelatihan budaya bagi mahasiswa internasional.
“Kami berharap pendirian Institut Konfusius Minangkabau di UNP akan membawa manfaat nyata, tidak hanya bagi dunia pendidikan, tetapi juga dunia usaha, industri, dan masyarakat luas,” imbuhnya.
Saat ini telah berdiri sembilan Institut Konfusius di Indonesia, termasuk di Universitas Tanjungpura (UNTAN), Universitas Hasanuddin (UNHAS), Universitas Maranatha, UAI, UNESA, UM, UNS, serta dua universitas di Bali, yaitu UDAYANA dan UNDIKSA.
Dengan bergabungnya UNP sebagai tuan rumah CI ke-10 di Indonesia, diharapkan jaringan kolaborasi budaya dan pendidikan antarnegara dapat semakin diperluas demi kemaslahatan umat dan daya saing global. (*/f)