Indonesia Perlu Gerakkan IORA Meredam Api Konflik Asia Selatan

3 hours ago 3

Konflik bersenjata antara India dan Pakistan kembali mengancam stabilitas Asia Selatan. Serangan rudal yang dilancarkan India terhadap tiga pangkalan udara Pakistan, termasuk di Rawalpindi dekat Islamabad, menandai eskalasi militer paling serius sejak Perang Kargil 1999. Eskalasi ini telah menewaskan puluhan orang dan menimbulkan kepanikan di kota-kota perbatasan kedua negara. Dunia internasional mulai menyerukan deeskalasi, tetapi kawasan belum menunjukkan respons kolektif. Dalam situasi ini, Indonesia perlu menggerakkan IORA (Indian Ocean Rim Association) untuk mendorong penyelesaian damai dan mencegah krisis regional yang lebih luas.

Konflik Bukan Lagi Isu Bilateral

Konflik India–Pakistan saat ini telah melewati batas konvensional. Untuk pertama kalinya sejak 1971, India melancarkan serangan ke wilayah dalam Pakistan, bukan hanya Kashmir yang disengketakan (Ahmed & Greenfield, 2025). Pakistan menanggapi dengan menembak jatuh drone dan rudal yang masuk wilayahnya. Kedua negara saling menyalahkan, dan korban sipil terus bertambah. Masyarakat sipil di kota-kota seperti Amritsar dan Bikaner di India serta Lahore dan Sialkot di Pakistan mengalami kepanikan, pemadaman listrik, evakuasi, dan penutupan akses publik.

Eskalasi ini berdampak langsung terhadap kehidupan ekonomi. Pemerintah India bahkan menghentikan turnamen Indian Premier League (IPL), simbol kebanggaan nasional dan salah satu industri hiburan terbesar di Asia Selatan. Ketika olahraga, transportasi, dan sektor pariwisata berhenti, maka kita tidak hanya berbicara soal konflik militer, tetapi gangguan terhadap stabilitas domestik dan regional.

IORA Harus Ambil Bagian

Indian Ocean Rim Association (IORA) yang terdiri dari 23 negara di pesisir Samudera Hindia, termasuk India, Pakistan, Indonesia, Iran, Bangladesh, dan negara-negara Afrika Timur, merupakan forum regional yang sangat relevan dalam merespons krisis ini. IORA bukan sekadar organisasi maritim, tetapi memiliki mandat strategis dalam memperkuat kerja sama keamanan kawasan, termasuk isu stabilitas politik dan ketahanan ekonomi.

Krisis India–Pakistan secara langsung berdampak pada stabilitas Samudera Hindia—jalur logistik utama global yang mengangkut energi, barang manufaktur, dan pangan dari Asia ke Eropa dan Afrika. Jika konflik berlanjut, maka gangguan terhadap pelayaran, asuransi laut, dan investasi infrastruktur kawasan akan semakin nyata.

Dalam konteks ini, IORA tidak boleh diam. Forum ini perlu membuktikan dirinya bukan sekadar simbolisme kerja sama Selatan-Selatan, tetapi aktor nyata dalam menjaga perdamaian kawasan.

Peran Strategis Indonesia

Sebagai negara demokrasi terbesar di Asia Tenggara dan mantan Ketua IORA pada 2023, Indonesia memiliki legitimasi moral dan politik untuk bertindak sebagai penggerak regional. Indonesia menjalin hubungan diplomatik erat dengan India dan Pakistan. Dengan prinsip politik luar negeri bebas aktif, Indonesia dapat mengusulkan:

  1. Pertemuan darurat IORA untuk membahas dampak krisis dan potensi langkah mediasi.
  2. Pernyataan bersama negara anggota yang menyerukan penghentian kekerasan dan kembalinya jalur diplomasi.
  3. Pembentukan gugus tugas diplomatik IORA yang diisi negara-negara netral seperti Afrika Selatan, Australia, dan UEA.
  4. Usulan zona damai maritim di wilayah pelayaran Samudera Hindia agar kapal sipil tidak menjadi korban konflik.

Langkah-langkah ini bisa dilakukan tanpa mengintervensi urusan dalam negeri anggota, tetapi memberi sinyal kuat bahwa kawasan tidak tinggal diam ketika dua anggotanya terlibat konflik yang membahayakan stabilitas bersama.

Dunia Mulai Bertindak, Kawasan Jangan Pasif

Beberapa kekuatan dunia seperti Amerika Serikat, Tiongkok, Arab Saudi, dan Qatar telah memulai upaya mediasi bilateral. Wakil Presiden AS JD Vance menyerukan deeskalasi, sementara Menteri Luar Negeri Arab Saudi berkunjung ke New Delhi dan Islamabad dalam waktu bersamaan. Meski demikian, belum ada mekanisme kolektif kawasan yang bergerak.

Ketika kawasan sendiri tidak memiliki forum krisis aktif, maka tekanan dan penyelesaian akan selalu datang dari luar. IORA berpotensi mengisi kekosongan ini. Di sinilah pentingnya inisiatif Indonesia untuk menghidupkan kembali semangat diplomasi kawasan yang konstruktif dan berbasis kerja sama damai.

Risiko Eskalasi Lebih Besar Masih Mengintai

Kedua negara memiliki senjata nuklir. Di tengah narasi nasionalisme dan tekanan politik domestik, ruang untuk kompromi makin sempit. Miskalkulasi bisa terjadi kapan saja. Tanpa komunikasi militer langsung dan saluran diplomatik aktif, konflik bisa berkembang ke bentuk yang jauh lebih destruktif.

Tidak hanya Asia Selatan yang terancam. Negara-negara ASEAN, Timur Tengah, dan Afrika Timur memiliki eksposur besar terhadap jalur pelayaran dan ekonomi India–Pakistan. Indonesia, yang mengekspor batu bara, minyak sawit, tekstil, dan produk kelautan ke India, juga dapat terdampak jika logistik terganggu dan nilai tukar menjadi volatil.

Kesimpulan

Indonesia tidak berada di pinggiran konflik ini. Sebagai bagian dari kawasan Indo-Pasifik dan pengusung tata dunia berbasis aturan, Indonesia perlu mengaktifkan IORA sebagai forum kawasan yang responsif terhadap krisis. Inilah saat yang tepat untuk membuktikan bahwa politik luar negeri bebas aktif bukan hanya simbol, tetapi alat untuk menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan secara nyata.

Dengan langkah diplomasi yang tegas, netral, dan inklusif, Indonesia dapat menjadi jangkar stabilitas yang mendorong dua negara sahabatnya untuk kembali ke meja perundingan. Dunia sedang melihat, dan kawasan sedang menunggu kepemimpinan yang visioner.

Referensi

Ahmed, A., & Greenfield, C. (2025, May 9). India, Pakistan accuse each other of attacks as hostilities rise. Reuters. https://www.reuters.com

Reuters. (2025, May 10). Pakistan says three air bases targeted by Indian missiles. https://www.reuters.com

IORA. (2023). Indian Ocean Rim Association: Building regional cooperation for a peaceful, stable and prosperous Indian Ocean. https://www.iora.int

*Penulis: Prof. Dr. Syafruddin Karimi, SE. MA (Dosen Departemen Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Andalas)

Read Entire Article
Anggam Lokal| Radarsukabumi| | |