Oleh: Ustadz Muhammad Azzam muttaqie, Lc
*Ketua Tanfidziyah MWCNU Kecamatan Cisaat
Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Kabar duka menyelimuti umat Islam, khususnya di Indonesia, dengan berpulangnya seorang ulama besar, da’i, dan tokoh terhormat, Al- Habib Abdurrahman bin Syech bin Salim Al-Attas. Beliau wafat pada hari Sabtu, 9 Muharram 1447 H, bertepatan dengan 5 Juli 2025. Kepergian beliau meninggalkan duka mendalam, menandai “Hilangnya Permata Salaf” yang begitu mulia.
Kesahajaan dan Kerendahan Hati yang Melekat
Meskipun memiliki kedudukan ilmu dan kemuliaan nasab yang tinggi, Habib Abdurrahman dikenal akan kerendahan hatinya yang luar biasa. Dalam sebuah wawancara dengan majalah Al-Kisah (Edisi No.14 / 4 – 17 Juli 2005), tepat 20 tahun sebelum wafatnya, beliau pernah berujar dengan penuh haru:
“Saya ini orang bodoh, tidak berilmu, tidak beramal, tidak punya jasa terhadap siapapun. Jangan menulis tentang saya, umur saya sudah melewati 76 tahun (saat itu), sebentar lagi pasti dipanggil Allah. Jangan permalukan saya di hadapan-Nya dengan mempublikasikan diri dan kehidupan orang yang tidak punya tabungan kebaikan apapun ini.”
Pernyataan ini mencerminkan betapa beliau sangat menjaga diri dari pujian dan publikasi, semata-mata karena takut kepada Allah SWT.
Pendidikan dan Inklusivitas Pesantren
Pesantren yang diasuh oleh Habib Abdurrahman bin Syekh Al-Attas memiliki peran penting sebagai jembatan bagi para santri Indonesia yang ingin melanjutkan studi ke Hadramaut, Yaman, khususnya di Rubath Tarim Asy Syatiri. Beliau dikenal sangat inklusif dalam menerima santri. Ketika ditanya apakah belajar ke Hadramaut hanya untuk kalangan habaib, beliau dengan tegas menjawab:
“Kami tidak pernah membeda-bedakan habib atau non-habib. Asalkan bekal ilmu mereka sudah cukup (di Indonesia), siapapun bisa berangkat… kalau ternyata ada di antara mereka yang kekurangan biaya, kami akan berusaha membantu semampunya.”
Prinsip Kesetaraan dalam Pandangan Islam
Beliau juga mengajarkan pentingnya tidak membeda-bedakan sesama muslim berdasarkan fitrah dan anugerah Allah seperti nasab, warna kulit, suku bangsa, bahkan spesies. Beliau mencontohkan Tabi’in Uwais Al-Qarni yang menghormati seekor anjing yang ikut mengais makanan di sebelahnya. Meskipun anjing itu najis besar, Uwais enggan memanggilnya dengan sebutan anjing, melainkan menyapanya dengan “Yaa Hadzaa (Wahai makhluk ini)”. Ajaran ini menunjukkan kedalaman pemahaman beliau tentang nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan dalam Islam.
Biografi Singkat dan Guru-Guru Mulia
Al-Habib Abdurrahman bin Shaykh al-‘Aṭṭās – rahimahullah rahmatan wāsi‘ah – adalah seorang da‘i, alim, dan tokoh terhormat yang telah banyak berjasa dalam menyebarkan ilmu dan dakwah. Beliau meriwayatkan ilmu dari ayahnya, dan dari sejumlah para sayyid yang mulia serta ulama besar, di antaranya:
- Al-Ḥabīb Muṣṭafā bin Aḥmad al-Maḥḍār
- Abū Bakr bin Muḥammad al-Saqqāf (pemilik Qursīk)
- ‘Alawī bin Ṭāhir al-Ḥaddād (Mufti Johor)
- ‘Alawī bin Muḥammad bin Ṭāhir al-Ḥaddād (pemilik Būgūr/Bogor)
- Saudaranya: al-Ḥabīb Ḥusayn
- ‘Alī bin ‘Abd al-Raḥmān al-Ḥabshī (Kuwaitan)
- ‘Alī bin Ḥusayn al-‘Aṭṭās (penulis Tāj al-‘Arās)
- ‘Alawī bin ‘Abdillāh bin Shihāb
- Ja‘far bin Aḥmad al-‘Aydarūs
- ‘Aydarūs bin Sālim al-Bār al-Makkī
- Sālim bin Aḥmad bin Jindān
- Ṣāliḥ bin Muḥsin al-Ḥāmid (Tangkul)
Disebutkan pula bahwa yang terakhir dari nama-nama di atas menulis qasidah memuji ‘Abdurraḥmān, di dalamnya memberi busyra (kabar gembira) akan panjang umur beliau. Beliau juga berhubungan erat dengan al-‘Āmm Ḥasan bin ‘Abdillāh al-Shāṭirī dan menganggapnya sebagai satu-satunya guru utamanya.
Kesaksian Al-Habib Husayn bin Muhammad al-Haddar
Al-Ḥabīb Ḥusayn bin Muḥammad al-Haddār حفظه الله, dalam kitabnya Ṣadā al-Dhikrāyāt yang ditulis saat perjalanan ke Indonesia, memberikan kesaksian akan kemuliaan Habib Abdurrahman:
“Setelah sampai di Jakarta, kami langsung menuju ke rumah Sayyid ‘Abdurraḥmān bin Shaykh al-‘Aṭṭās, seorang yang dermawan, ahli ilmu dan keutamaan. Kami pernah sama-sama belajar kepada al-Ḥabīb al-Ḥasan bin ‘Abdillāh bin ‘Umar al-Shāṭirī di Ribāṭ Tarīm. Kami menetap di rumahnya, dan ia menyiapkan berbagai majelis ilmu di banyak rumah, khutbah Jumat, dan pertemuan dengan banyak orang shalih.”
Sebagai bentuk penghormatan dan pengakuan atas kemuliaan Habib Abdurrahman, Al-Habib Husayn al-Haddar juga menggubah sebuah qasidah pujian yang indah:
Qashīdah Pujian dari al-Ḥabīb Ḥusayn al-Haddār untuk Sayyid ‘Abdurraḥmān bin Shaykh al-‘Aṭṭās
قـــد قـصـدنا دار الـعـلى والـمـكارم ومـقـام الـعـطاس شـيـخ بـن سـالم
Kami telah mengunjungi rumah kemuliaan dan kehormatan, Tempat tinggal keluarga al-‘Aṭṭās, sang Shaykh bin Sālim.
عـنـد عـبـد الـرحـمن يـاله مـن مـقر لــكـل الـضـيـوف مـــن كـــل قــادم
Di sisi ‘Abdurraḥmān, alangkah indah tempat itu, Menjadi persinggahan bagi setiap tamu yang datang.
حـــســب بـــــاذخ وخــلــق كــريــم هــكـذا الـفـضل عـالـم وابــن عـالـم
Nasabnya mulia, akhlaknya pun agung, Seperti itulah keutamaan: seorang alim, anak dari para ulama.
يـنتمي نـسبة إلـى دوحـة الـعطاس أهـــــل الــتــقـى كـــبــار الــعـمـائـم
Nasabnya bersambung ke pohon keluarga al-‘Aṭṭās, Keluarga takwa, para pemuka serban besar (kedudukan yang tinggi).
أخـــذوا الـمـجـد كــابـرا عــن كـبـار لــيـس بــدعـاً فـعـهـدهم بــه قــادم
Kemuliaan mereka warisan turun-temurun, Tak aneh, karena mereka ahli kemuliaan sejak zaman dahulu.
من عليْ بن حسنْ ومن عمر القطب ومـــن ســيـدي عـقـيل ابــن سـالـم
Dari ‘Alī bin Ḥasan, dari ‘Umar sang Qutb, Dan dari Sayyidī ‘Aqīl bin Sālim.
وإمـــامـــي وحــجــتـي ومـــــلاذي وهـو حـصني مـن كل خصم وظالم
Dialah imamku, hujjahku, dan pelindungku, Bentengku dari para musuh dan orang zalim.
حـــاوي الــنـور أحــمـدي الـسـجـايا مــرشـد الـطـالبين مــن كــل فـاهـم
Pemilik cahaya dengan budi pekerti Muhammad, Penunjuk jalan bagi pencari ilmu dari segala penjuru.
تــلـفـه فـــي الـنـهـار طـــود عــلـوم واســعــات وفــــي لـيـالـيـه قــائــم
Di siang hari ia menjadi gunung ilmu nan luas, Dan malam harinya ia berdiri tegak dalam ibadah.
كـــــان كـالـغـيـث إن ألــــم شــتــاء مـــالــه مــشــبـه تـــجــاوز حـــاتـم
Laksana hujan rahmat saat musim dingin menyergap, Tiada bandingannya, melebihi kemurahan Ḥātim.
فـعـلـيـه الــرضــوان مــــالاح بـــرق وعـــلـــى قـــــره تـــــود الــغـمـائـم
Semoga ridha Allah tercurah untuknya saat kilat menyambar, Dan pada keluarganya turun awan rahmat penuh berkah.
أيـــهــا الــشــهـم زادك الله خـــيــراً وكـــفــاك الــبــلـى وكــــل الــمـآثـم
Wahai sang kesatria, semoga Allah tambahkan kebaikan padamu, Dan lindungi engkau dari musibah dan segala dosa.
دمــت فــي الـعـز والـكـرامة شـهـماً ومــــنـــارا ومــــرشـــدا لــلـمـعـالـم
Semoga engkau tetap dalam kemuliaan dan kehormatan, Menjadi cahaya penunjuk jalan dan penuntun arah.
واقـبـلوا بـنـت فـكـرتي ثــم غـضوا الــطـرف عـمـا بـهـا فـلـست بـنـاظم
Terimalah curahan pikiran hatiku ini, Maafkan kekurangannya, karena aku bukan penyair.
وصـــــلاة عــلــى شــفـيـع الــبـرايـا مــن لـكـل الـعـطاء والـخـير قـasـm
Shalawat atas sang pemberi syafaat umat, Yang membagi segala anugerah dan kebaikan.
وعـــلــى آلــــه الــكــرام وصــحــب هــم نـجـوم الـهـدى الـكرام الأكـارم
Juga atas keluarga mulianya dan para sahabat, Bintang-bintang petunjuk, para mulia yang terhormat.
Kepergian Al-Habib Abdurrahman bin Syech bin Salim Al-Attas adalah kehilangan besar bagi umat. Namun, warisan ilmu, akhlak mulia, dan semangat inklusivitas yang beliau tanamkan akan senantiasa hidup dan menjadi teladan bagi generasi penerus. Semoga Allah SWT menempatkan beliau di sisi-Nya yang paling mulia dan melimpahkan rahmat serta ampunan-Nya. Aamiin.(*)