Seren Taun Kasepuhan Sinar Resmi Gaet Mahasiswa Internasional Nusa Putra
Suasana Desa Adat Kasepuhan Sinar Resmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, mendadak terasa lebih hangat dari biasanya pada Minggu, (13/7/2025). Ribuan warga berkumpul dalam balutan adat Sunda, memadati pelataran leuweung kolot tempat diselenggarakannya upacara adat Seren Taun ke-446—sebuah perayaan tahunan yang menjadi simbol rasa syukur atas panen dan doa untuk musim tanam yang akan datang. Namun, tahun ini ada yang berbeda.
Seren Taun yang biasanya hanya menjadi magnet bagi masyarakat lokal dan wisatawan domestik, kini berhasil menarik perhatian dunia. Hal itu terlihat dari kehadiran tiga mahasiswa internasional dari Nusa Putra University (NPU), yakni Drey asal Afrika Selatan, Asma dari Pakistan, dan Esha dari Bangladesh. Kunjungan mereka bukan sekadar wisata budaya, melainkan bagian dari program interkultural yang dirancang kampus untuk memperkenalkan kekayaan warisan budaya Indonesia kepada para pelajar asing.
“Tempat ini menakjubkan. Ada banyak orang di sini untuk merayakan dan memajukan budaya mereka. Banyak negara saat ini melupakan budaya mereka, tapi Indonesia terus mengingatkan kembali nilai-nilai masa lalu. Ini luar biasa,” ujar Drey salah satu mahasiswa internasional Nusa putra saat menghadiri kegiatan Seren Taun di Kampung Adat Sinaresmi, Kabupaten Sukabumi.
Dengan mata berbinar penuh kekaguman saat menyaksikan iring-iringan hasil bumi dibawa menuju lumbung adat. Bagi Drey, Seren Taun adalah pengingat bahwa budaya bukan hanya soal masa lalu, tapi tentang keberlanjutan identitas kolektif suatu bangsa. Pernyataannya selaras dengan filosofi yang dijunjung tinggi dalam budaya Sunda: Ngajaga lembur, ngamumule budaya, pikeun kahirupan nu leuwih hade.
Sementara itu, Asma mengaku terkesima dengan suasana otentik desa adat dan bagaimana tradisi tetap dijaga dalam kehidupan modern. “Satu hal yang saya sukai adalah mereka merayakan budaya untuk meningkatkan kesadaran generasi muda. Rumah-rumah dan atap di desa ini juga unik. Semuanya terasa otentik dan hidup,” tuturnya, sambil tak henti-hentinya memotret momen-momen penting upacara.
Berbeda lagi dengan Esha, yang melihat keberagaman dan kedalaman nilai-nilai spiritual sebagai kekuatan utama dari Seren Taun. “Ini pengalaman yang sangat menarik bagi saya. Keberagaman dan budaya di sini sangat menakjubkan. Saya belajar banyak dan melihat banyak hal baru,” ujarnya dalam bahasa Inggris yang fasih, ditemani pemandu lokal yang menjelaskan simbol-simbol adat yang digunakan dalam ritual.
Seren Taun bukan sekadar seremoni adat biasa. Ia adalah cerminan dari hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam dan Sang Pencipta. Dalam upacara ini, masyarakat menyerahkan hasil panen ke leuit (lumbung adat) sebagai wujud syukur dan permohonan keberkahan. Prosesi diawali dengan kirab hasil bumi, diiringi tabuhan musik tradisional dan tarian khas yang menggambarkan dinamika hidup petani di tengah alam.
Tak heran jika upacara ini menjadi “laboratorium hidup” bagi mahasiswa internasional untuk memahami filosofi hidup masyarakat Sunda. Bukan hanya belajar tentang budaya, mereka juga diajak untuk merenungi pentingnya spiritualitas dan kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat.
Kepala International Relation Office (IRO) Nusa Putra University Sabri Prince, keikutsertaan mahasiswa asing dalam kegiatan ini adalah bagian dari misi internasionalisasi kampus berbasis budaya.
“Kami ingin mahasiswa internasional tidak hanya belajar teknologi atau akademik di kampus, tapi juga memahami akar budaya Indonesia secara langsung. Ini bagian dari diplomasi budaya yang memperkuat toleransi, empati, dan kesadaran lintas budaya,” ujarnya saat mendampingi ketiganya dalam acara.
Halaman: 1 2